Selasa, 20 Mei 2014

KEWAJIBAN BERTAUHID 2

SYAHADAT MUNJIN

Untuk menjadi orang yang beriman tidaklah cukup hanya dengan mengucapkan Syahadatain, karena masalah keimanan bukan masalah lahiriyah melainkan masalah hati atau kejiwaan. Oleh karenanya didalam mengucapkan syahadatain harus pula dijiwai dengan benar. Syahadatain yang dijiwai secara benar ini disebut Syahadat Munjin.
Syahadat ini pulalah yang akan menyelamatkan kehidupan manusia di akhirat..

Adapun yang dimaksud Syahadat Munjin adalah Syahadatain yang disertai dengan:

1. Ma'rifat, hati mengakui bahwa Alloh adalah tuhan dan Muhammad adalah utusan Alloh..
2. Idz-Dzian, hati menerima bertuhankan Alloh dan menerima kerasulan nabi Muhammad.
3. Qobul, hati menerima seluruh ajaran Alloh dan Rosulnya, sehingga menjadi pedoman hidup.
4. Lafadz, materi kata yang diucapkannya harus bahasa arab, tidak dapat diganti dengan bahasa yang lain sekalipun bahasa penggantinya sama maknanya.


1. Ma’rifat
Dalam mengucapkan Syahadatain harus disertai dengan hati yang ma’rifat.
Yakni yang disertai dengan :

1. Idrokun jazimun; meyakinkan dengan sangat pasti sehingga tidak ada keraguan bahwa tiada tuhan selain Alloh dan Muhammad utusan Alloh.
2. Muwafiqun Lil Waqi’i; apa yang diyakinkininya sesuai dengan kenyataan.
Alloh yang diyakininya adalah Alloh yang sebagaimana disebutkan dalam ilmu tauhid, tidak beranak dan tidak pula diperanakan.
3. Nasyiun Andalilin; meyakinkan kepada adanya Alloh disertai dengan argumentasi(dalil) yang dapat mempertahankan keyakinannya. Baik itu dalil ‘aqli ataupun dalil naqli.

Adapun yang harus dima’rifatkannya adalah :

1. Dzat Alloh dan sifat-sifatnya.
2. Dzat Rosul dan sifat-sifatnya.
3. Yang Mumkin di Alloh dan di Rosul.
4. Yang Wajib dan yang mustahil di Alloh dan di Rosul

2. Idz-Dzi’an

Untuk dapat disebutkan seorang mu’min tidaklah cukup hanya dengan mengucapkan Syahadatain dan ma’rifat. Melainkan harus pula disertai dengan pengakuan bahwa Alloh adalah tuhanku dan nabi Muhammad adalah rosulku. Jadi apabila ada orang yang meyakinkan bahwa tiada tuhan selain Alloh dan Muhammad adalah Rosul Alloh, tetapi tidak menerima ketuhanan kepada Alloh dan tidak mengakui berRosul kepada nabi Muhammad. Dihadapan Alloh tidak termasuk kepada orang yang beriman.


3. Qobul
Begitu pula tidak termasuk kepada orang mumin. Orang yang tidak menerima ajaran Alloh dan RosulNya, walaupun telah Marifat dan Idz-Dzi’an tetapi apabila hatinya tidak menerima ajaran Alloh dan RosulNya, sekalipun dia melaksanakan ajaran Alloh dan RosulNya.
Sebagai bukti bahwa dia telah Qobul harus berani mengikrarkan :

رضيت بالله ربا وبالاسلام دينا وبمحمد نبيا ورسولا وبالقرانااماما وبالمومنين اخوانا
Artinya:
Aku ridho (mengakui dan menerima) kepada Alloh aku bertuhan, dan Islam sebagai agamaku, dan kepada nabi Muhammad aku bernabi dan berosul dan kepada AlQur’an berpedoman dan kepada orang-orang mukmin aku bersaudara.

Orang yang Marifat, Idz-Dzi’an, Qobul dan mengucapkan Syahadatain, tetapi tidak melaksanakan ajaran-ajaran Islam, namanya Mu’min Fasiq. Orang yang mengamalkan ajaran-ajaran Islam seperti Sholat, puasa dan sebagainya, tetapi hatinya tidak Ma’rifat, Idz-Dzi’an dan Qobul, namanya Kafir Munafiq.


TINGKATAN IMAN
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran dan Al-Hadist bahwa Iman seseorang itu kadang bertambah kadang berkurang. Maka para Ulama mengevaluasikan iman tersebut dengan lima tingkatan sebagai berikut:

1. Iman Taqlid; yaitu imannya orang yang tidak beralasan, tidak mempunyai dalil/argumentasi, hanya mengikuti orang lain, tetapi hatinya yakin dan jazim kepada adanya Alloh.
2. Iman Ilmu; yaitu imannya seorang mukallaf yang telah mengetahui dalil yang benar, namun belum menjiwai keimanannya, sehingga ahluttashauf memberi nama “Mahjubun”
3. Iman Iyan; yaitu imannya seseorang yang disertai Ma’rifat dan Tashdiq, yang menjiwai sifat sam’a bashorNya Alloh sehingga jiwanya selalu meraa didengar Alloh dan berdiam di maqom Moroqobah.
4. Iman Haqiqot; yaitu imanya seseorang yang mempunyai jiwa yang mendalam. Hatinya mampu menerobos ke maqom musyahadah, yang apabila melihat makhluk hatinya tidak pada yang dilihatnya melainkan ingat kepada yang menciptakannya. Tingkatan ini ini disebut pula Iman Haqqul Yaqin yang kontaknya dengan sifat Qudrot Alloh.
5. Iman Haqiqotul Haqiqot; yaitu imannya para Rosul. Hal ini ahli Ushul tidak memberikan ta’rif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar