Masa peralihan kekuasaan dari pemerintahan Bani Umayyah ke
Bani Abbasiyah adalah masa2 kelam atas nama dendam dari kezaliman yang beralih
pada kezaliman lainnya.
Pemerintahan Bani Umayyah
adalah pemerintahan yang memiliki wibawa yang besar sekali, meliputi wilayah
yang amat luas, mulai dari negeri sind dan berakhir di negeri Spanyol. Ia
demikian kuatnya, sehingga apabila seseorang menyaksikannya., pasti akan
berpendapat bahwa usaha mengguncangkannya adalah sesuatu yang tidak mudah bagi
siapa pun. Namun jalan yang ditempuh oleh pemerintahan Bani Umayyah, meskipun
ia dipatuhi oleh sejumlah besar manusia yang takluk kepada kekuasaannya, tidak
sedikitpun memperoleh penghargaan dan simpati dalam hati mereka. Itulah
sebabnya, belum sampai berlalu satu abad dari kekuasaan mereka, kaum Bani Abbas
berhasil menggulingkan singgasannya dan mencapmpakkannya dengan mudah sekali. Dan
ketika singgasana itu terjatuh, demikian pula para rajanya, tidal seorang pun
yang meneteskan air mata menangisi mereka.
JANJI-JANJI KAUM
ABBASIYIN
Adapun penyebab
keberhasilan kaum penganjur berdirinya Khalifah Bani Abbas ialah karena mereka
berhasil menyadarkan kaum muslimin pada umumnya, bahwa Bani Abbas adalah
keluarga yang dekat kepada Nabi saw., dan bahwasanya mereka akan mengamalkan
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dan menegakkan syari’at Allah. Oleh sebab itu ketika
as-Saffah di bai’at sebagai khalifah di kota Kufah, pada bulan
Rabi’uts-Tsani tahun 132 H., dalam pidato pertamanya setelah menyebutkan
tentang kezaliman-kezaliman yang dilakukan Bani Umayyah, ia berkata: “Dan
sesungguhnya aku berharap kalian tidak akan lagi didatangi oleh kezaliman, pada
saat kebaikan telah datang mengunjungimu.” Setelah itu berdirilah paman
as-Saffah, Daud bin Ali, dan ia menegaskan di hadapan orang banyak: “Demi
Allah, gerakan yang telah kami lakukan ini sama sekali tidak bertujuan untuk
menumpuk harta-benda,menggali sungai, membangun istana atau mengumpulkan emas
perak, tapi sesungguhnya kami telah bertindak demi memprotes perampasan hak
kami (yakni keluarga Abu Thalib), dank arena buruknya perlakuan Bani Umayyah
terhadap kalian, penghinaan mereka terhadap kalian dan monopoli kalian. Maka
dengan ini kami berjanji kepada kalian, demi kesetiaan kami kepada Allah dan
Rasul-Nya dan demi kehormatan Abbas, untuk memerintah di kalangan kalian sesuai
dengan apa yang diturunkan oleh Allah, melaksanakan Kitab Allah dan berjalan
baik dikalangan umum ataupun khusus dengan teladan Rasulullah saw.” (Thabari,
jilid 6, halaman 82-83; Ibnu Atsir, jilid 4, halaman 325; al Bidayah, jilid 10,
halaman 41)
Sungguhpun demikian
pemerintahan merek a (Bani Abbasiyyah) itu belum berjalan cukup lama, ketika
tindakan dan peri laku mereka menunjukkan bahwa segala yang mereka sebutkan itu
ternyata PENIPUAN dan MUSLIHAT belaka.
TINDAKAN-TINDAKAN BANI
ABBASIYIN
Pasukan tentara Bani
Abbas menaklukkan kota Damsyik, ibukota Bani Umayyah, dan merekapun “MEMAINKAN”
pedangnya di kalangan penduduk, sehingga MEMBUNUH kurang lebih 50.000
(Limapuluh ribu) orang. Masjid Jami milik Bani Umayyah, mereka jadikan kandang
kuda-kuda mereka selama tujuhpuluh hari, dan mereka menggali kembali kuburan mu’awiyah
serta bani Umayyah lainnya. Dan ketika mendapati jasad Hisyam bin Abdul Malik
masih utuh, mereka lalu mendera dengan cambuk-cambuk dan menggantungkannya di
hadapan pandangan orang banyak selama beberapa hari, kemudian membakarnya dan
menaburikan abunya. Mereka juga membunuh setiap anak dari kalangan Bani
Umayyah, kemudian menghamparkan permadani di atas jasad-jasad mereka yang
sebagiannya masih menggeliat dan gemetaran, lalu mereka duduk di atasnya sambil
makan. Mereka juga membunuh semua anggota keluarga Bani Umayyah yang ada di
kota Basrah dan menggantungkan jasad-jasad mereka dengan lidah-lidah mereka,
kemudian membuang mereka di jalan-jalan kota itu untuk makanan anjing-anjing. Demikian
pula yang mereka lakukan terhadap bani Umayyah di
Makkah dan Madinah. ( Ibnu Atsir, jilid 4, halaman 333-334; al-Bidayah, jilid
10, halamn 345; Ibnu Khaldun, jilid 3, halaman 132-133)
Demikian sekelumit
kekejaman pasukan Bani Abbasiyin terhadap Bani
Umayyah, dan masih banyak cerita kekejaman-kekejaman lainnya yang kalau
diceritakan membuat bulu kuduk kita merinding.
Seperti penumpasan dan
upaya memadamkan pemeberontakan yang terjadi akibat kekejaman bani Abbasiyin
ini di kota Musil. Khalifah Bani Abbasiyah as-Saffah mengutus saudaranya Yahya,
untuk menumpas dan memadamkan pemeberontakan tsb. Yahya kemudian mengumumkan
dikalangan rakyat: “Barangsiapa memasuki masjid jami’, maka ia dijamin
keamanannya.” Beribu-ribu orang secara berdudyun-duyun memasuki masjid,
kemudian Yahya menugaskan pengawal-pengawalnya menutup pintu-pintu masjid dan
menghabisi nyawa orang-orang yang berlindung dan mencari keselamatan itu. Dan
di malam harinya, Yahya mendengar tangis dan ratapan kaum wanita yang
suami-suaminya terbunuh di hari itu, lalu ia pun memerintahkan pembunuhan atas
kaum wanita dan anak-anak, sehingga selama tiga hari kota Musil digenangi oleh
darah-darah penduduknya, dan berlangsunglah selama itu pembunuhan, penangkapan
dan penyembelihan yang tidak sedikitpun memiliki belas kasihan terhadap anak
kecil, orang tua atau membiarkan seorang laki-laki atau melalalikan seorang
wanita.
Dari kisah ini ternyata
janji-janji menegakkan Syari’at Isam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul dari kalangan penegak khalifah
khususnya keluarga Bani Abbas, tidaklah menjamin terciptanya suatu keadilan,
perdamaian dan bersih dari tumpah darah dan kekejaman demi kekejaman. Hal ini
disebabkan rasa fanatisme golongan, sekte, aliran, mazhab dan golongan yang ada
pada umat islam dari dulu sampai sekarang. Kita bisa lihat hari ini betapa niat
dan janji yang baik atas dasar penegakkan syari’at islam dan khilafah justru
yang menjadi korban adalah sesame muslim itu sendiri.
Pertentangan Sunni syi’ah telah mengorbankan
beribu-ribu bahkan berjuta-juta nyawa yang mengakui Allah sebagai Tuhannya dan
Muhammad sebagai Rasul-Nya. Begitupun pertentangan dikalangan aliran islam
antara yang mengaku Aswaja dan Wahabi atau salafy, saling membid’ahkan,
menyesatkan, mengkhawarijkan dan julukan-julukan kejelekan lainnya, demi
membela sebuah keyakinan atas dasar perbedaan furuiyyah dikalangan ummat islam.
Akankah terus terjadi
pertikaian demi pertikaian dikalangan ummat islam, baik dari perbedaan
mazhab< aliran dan sekte-sekte, baik mulai dari perdebatan biasa sampai pada
penggunaan senjata dan pertumpahan darah diantara kaum muslimin. Wallahu’alam